Sabtu, 26 Desember 2009

Spirit Tahun Baru Hijriyah

Mengikuti tahun hijriyah akan lebih mengakrabkan kita dengan alam, dan otomatis akan lebih mendekatkan kita kepada Allah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa.
Baru saja kita memasuki bulan Muharram, bulan yang mengawali tahun baru hijriyah kita untuk tahun 1425 H. Bulan yang tiba-tiba menghentak batin kita untuk segera mengenang peristiwa besar dalam sejarah, yaitu peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW. dari kota Makkah menuju kota Madinah. Setiap awal tahun hijriyah seperti ini kita seharusnya sebagai umat Islam segera membangun semangat baru untuk meningkatkan ketakwaan dalam diri kita. Meningkatkan ketaatan kepada Allah. Dan kita segera mengucapkan pada hari-hari yang telah lewat dari tahun 1424 H. : " selamat jalan, selamat menjadi teguran sejarah atas segala kekurangan dan kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang telah menyebabkan malapetaka dan kesengsaraan terhadap hidup kami di dunia maupun di akhirat ".
Apa yang menarik dari setiap kita memasuki tahun baru adalah munculnya kesadaran baru dalam diri kita. Kesadaran akan beberapa hal : Pertama, kesadaran bahwa diakui atau tidak usia kita telah berkurang. Sementara investasi pahala untuk simpanan di akhirat masih sangat tipis, dibanding nikmat-nikmat Allah yang setiap detik selalu mengalir. Tiada putus-putusnya. Dari segi ini saja kita seharusnya merasa malu, di mana kita yang mengaku sebagai hamba Allah tetapi dalam banyak hal orientasi kita menkonsumsi nikmat-nikmat Allah dan lupa bersyukur kepadaNya, bahkan kita sering mengaktualisasaikan diri kita sebagai hamba dunia. Kita masih saja lebih banyak sibuk menginvestasi kepentingan dunia dari pada investasi untuk akhirat.
Dengan datangnya tahun baru ini, semoga semangat untuk membangun kemegahan akhirat lebih kuat dari semangat untuk membangun kemegahan dunia. Kedua, pada tanggal 1 Muharram kita menyaksikan suatu perubahan waktu yang ditandai oleh pergeseran alam, yaitu munculnya bulan sabit tahun baru di ufuk barat. Dari sini kita menyaksikan diri kita berjalan seirama dengan perjalanan segala wujud di alam ini. Allah SWT yang menciptakan semua mahluk, selalu mengajarkan kita agar senantiasa memperhatikan kebesaraNya dengan menyaksikan ketaraturan dan kerapian ciptaanNya di alam semesta ini. Untuk itu kita diajarkan pula agar dalam menjalani ibadah kepadaNya selalu memperhatikan waktu-waktu tertentu yang sejalan dengan perputaran tata surya.
Dalam menjalani shalat misalnya, Allah mengaskan dalam Al-Qur'an agar ditegakkan pada waktu-waktu tertentu (QS. Al-Nisa: 103). Dan kita telah tahu bahwa waktu shalat Dzuhur setelah tergelincir matahari, shalat maghrib, setelah terbenam matahari, shalat subuh setelah terbit fajar dan lain sebagainya. Dalam menjalani puasa Ramadlan, kita juga diajarakan oleh Rasulullah SAW agar memulainya setelah melihat bulan tanggal satu Ramadlan, dan mengakhirinya pun setelah melihat bulan akhir Ramadhan. (HR, Imam Muslim). Ibadah hajipun Allah mengajarkan agar dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu,(QS. Al-Baqarah: 197) Syawal, Dzulqa'dah dan dzulhijjah.
Semuanya itu sungguh menunjukkan betapa eratnya aktifitas ibadah kita dengan aktifitas alam. Dari sini terlihat dengan jelas betapa mengikuti tahun hijriyah akan lebih mengakrabkan kita dengan alam, dan otomatis akan lebih mendekatkan kita kepada Allah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Ketiga, bahwa tahun hijriyah berjalan seirama dengan perjalanan sejarah Rasulullah SAW. Sungguh banyak peristiwa besar dalam sejarah Islam yang hanya terekam dalam bulan-bulan hijriyah. Seperti awal turunnya Al-Qur'an, titik permulaan hijrah, tanggal kemenangan dalam perang Badar dan lain sebagainya. Hari-hari besar Islam, seperti hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, sangat terkait dengan penanggalan hijriyah ini.
Dari sini kita akan lebih banyak belajar pada sejarah untuk membangun masa depan kita. Dalam arti kata lain kita akan menjadi pribadi yang pandai membangun masa depan dengan pijkan masa lampau yang kokoh dan benar. Dan kita dengan langkah ini tidak mengulang kesalahan dan kecelakaan masa lalu. Sebagaimana yang tersebut dalam sebuah riwayat: "Seorang mu'min tidak akan pernah terjerumus dalam jurang yang sama dua kali". ( HR Muslim) Dengan demikian, adalah kesadaran yang benar jika dalam permualaan tahun baru hijriyah ini, kita umat Islam membangun tekad baru, untuk meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah, sebagaimana yang baru saja ditegaskan pada awal tulisan ini. Karena hanya dari tekad inilah segala krisis yang pernah kita lalui pada tahun-tahun sebelumnya akan bisa diatasi. Selamat memulai tahun baru hijriyah dan selamat membangun masa depan umat ini dengan ketakwaan yang hakiki.

Ditulis oleh Dr. Amir Faishal

Selasa, 22 Desember 2009

makna dan Hikmah Tahun Baru Islam

JUMAT, 18 Desember 2009, bertepatan dengan 1 Muharam 1431 H. Artinya, inilah hari pertama tahun baru Islam –perhitungan kalender Hijriyah. Kalender Hijriyah yang perhitungannya mengacu pada pergantian bulan (Qomariyah), menjadikan peristiwa hijrah Rasulullah Saw dan kaum Muslim sebagai awal perhitungan. Karenanya, kalender kaum Muslim ini disebut tahun hijriyah (dari kata “hijrah”).

Hal itu juga berarti, peristiwa hijrah Rasulullah Saw dan para sahabat, dari Mekah ke Madinah (Yatsrib), sudah berusia 1431 tahun. Namun, meski sudah terjadi begitu lama, peristiwa itu masih dikenang, diingat, dan tertambat dalam sanubari kaum Muslim masa kini dan insya Allah masa mendatang. Lagi pula, perintah hijrah tetap berlaku sepanjang zaman dengan bentuk amaliah yang secara teknis berbeda.

Hijrah merupakan momentum penegakkan syariah, daulah, dan kejayaan Islam. Hijrah merupakan strategi dakwah untuk memperkuat barisan penegak syariat Islam dan membangun “home base” kaum Muslimin saat itu.

Pergantian tahun baru Islam berarti momentum peringatan peristiwa hijrah sekaligus penggalian maknanya. Sejumlah ulama, dari masa ke masa, terus berusaha menggali hikmah tersebut dan meng-up date-nya tiap kali bertemu tahun baru Islam 1 Muharam.

Pakar tafsir Dr. Quraish Shihab mencatat, ada empat poin seputar hijrah:

1. Kata “hijrah” digunakan untuk mengistilahkan perpindahan suatu kaum atau individu dari satu hal yang sifatnya buruk kepada hal lain yang sifatnya baik. Pengertian ini berlaku kepada kegiatan pindah tempat dan pindah kelakuan. Contoh hijrah yang paling populer adalah peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw dari Mekkah ke Madinah. Contoh lainnya adalah tobatnya seseorang. Jika seseorang telah bertobat, dengan tobat nasuha, ini pun dikategorikan hijrah, berpindah dari suatu kondisi buruk kepada kondisi yang baik.

2. Al-Quran berjanji untuk memberikan kelapangan bagi siapa pun yang berhijrah. Namun, kelapangan yang akan diberikan Allah SWT hanya berlaku bagi orang yang secara sungguh-sungguh melaksanakan hijrah.

3. Sebelum hijrah Nabi Saw, nabi-nabi sebelumnya hijrah. Misalnya, Nabi Musa hijrah beserta kaumnya dari Mesir ke Palestina.

4. Poin cukup penting dalam berhijrah adalah usaha maksimal yang dilakukan. ketika kita sudah bertekad untuk berhijrah, maka sepantasnyalah kita berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menjalankan hijrah itu. Setelah kita telah berusaha dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan membantu kita dalam menjalani hijrah kita. Contoh nyata hijrah Nabi Muhammad bersama Abu Bakar dari Mekah ke Madinah.

Ulama lain, Syaikh Dr. Fadhl Ilahi, dalam bukunya, Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, menegaskan, Allah Swt menjadikan hijrah sebagai kunci di antara kunci-kunci rezeki.

‘Al-Muhajarah’ (hijrah), sebagaimana dikatakan Imam Ar-Raghib Al-Asfahani, adalah keluar dari negeri kafir kepada negeri iman, sebagaimana para sahabat yang berhijrah dari Makkah ke Madinah.

Menurut Syeikh Fadhl, hijrah di jalan Allah termasuk kunci rezeki, sebagaiman ditegaskan Allah Swt, ” Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak” [QS. An-Nisaa:100].

Dalam ayat yang mulia ini, Allah menjanjikan bahwa orang yang berhijrah di jalan Allah akan mendapati dua hal : Pertama ‘muraagama katsiiran”, Kedua ’sa’atan’. Yang dimaksud ‘muragamaa’ sebagaimana dikatakan oleh Imam Ar-Razi adalah, barangsiapa berhijrah di jalan Allah ke negeri lain, niscaya akan mendapat di negerinya yang baru itu kabaikan dan kenikmatan yang menjadi sebab kehinaan dan kekecewaan para musuhnya yang berada di negeri asalnya.

Sedangkan yang dimaksud ’sa’atan’ (keluasan), yaitu keluasan rezeki. Inilah yang dikatakan oleh Abdullah bin Abbas r.a dan ulama lainnya adalam menafsirkan ayat ini.

Ketika para sahabat Nabi Saw meninggalkan rumah-rumah, harta benda, dan kekayaan mereka untuk hijrah di jalan Allah, Allah serta merta mengganti semuanya. Allah memberikan kepada mereka kunci-kunci negeri Syam, Persia, dan Yaman. Allah berikan kepada mereka kekuasaan atas istana-istana negeri Syam yang merah juga istana Mada’in yang putih. Kepada mereka juga dibukakan pintu-pintu Shan’a, serta ditundukkan untuk mereka berbagai simpanan kekayaan Kaisar dan Kisra.

HIJRAH merupakan momentum perjuangan umat Islam untuk tetap survive. Dimulainya penanggalan Tahun Hijriyah dari saat hijrah, menunjukan betapa kita harus menghargai dan mengambil hikmah dari peristiwa hijrah yang merupakan struggle for life (perjuangan untuk hidup), struggle for existence (perjuangan untuk menjadi terkuat).

Dalam buku Kebangkitan Islam dalam Pembahasan (1979), Sidi Gazalba menulis: “Dipandang dari ilmu strategi, hijrah merupakan taktik. Strategi yang hendak dicapai adalah mengembangkan iman dan mempertahankan kaum mukminin”.

Hijrah dalam kondisi sekarang tentu bukan selalu harus dengan meninggalkan tanah air seperti kaum Muhajirin, akan tetapi berpindah dari gaya hidup musyrikin atau tidak Islami ke gaya hidup yang Islami (berpijak pada nilai-nilai Islam), pindah dari kerenggangan jalinan ukhuwah kepada eratnya persaudaraan sesama Muslim, dan hijrah dari beramal jelek ke beramal baik.

Setiap pergantian Tahun Hijriyah juga merupakan momentum pengeratan solidaritas sesama Muslim. Ia tidak perlu dirayakan sebagaimana hingar-bingarnya perayaan “Malam Tahun Baru Masehi”, akan tetapi lebih membutuhkan penghayatan dan penggalian nilai-nilai yang ada dalam karakter “Tahun Islam” ini. Artinya, ia membutuhkan pemaknaan dan pengkajian sekaligus momentum introspeksi, muhasabah.

“Dan hendaklah setiap diri melakukan introspeksi tentang apa yang telah diperbuatnya untuk (kepentingan) hari esok (akhirat)” (QS. 59:18). Wallahu a’lam. (Abu Faiz/Pusdai.com).

Tahun Baru Hijriyah: refleksi untuk kesetaraan derajat


Akhir-akhir ini, kita menyaksikan baik secara langsung maupun melalui media massa, begitu banyak bencana yang menimpa bumi pertiwi ini. Banjir, tanah longsor, gempa bumi, angin puting beliung dan berbagai bencana lainnya setiap saat mengintai dan menimpa berbagai wilayah di nuantara ini. Ratusan jiwa menjadi korban, dan tidak sedikit pula yang menderita akibat kehilangan harta benda, bahkan tempat tinggal.

Akibat dari bencana ini, setumpuk persoalan muncul, terutama pada aspek sosial-ekonomi terutama yang menimpa para korban bencana. Persoalan lainnya adalah pendistribusian berbagai bantuan bencana dengan adil dan merata. Juga bagaimana bantuan tersebut betul-betul dibelanjakan untuk kepentingan semua korban tanpa membedakan jenis klamin dan usia. Biasanya ketika bantuan mengalir kelompok yang termarjinalkan dari bantuan adalah perempuan dan anak. Keperluan dua kelompok ini seringkali luput dari panitia, sehingga mereka rentan terhadap berbagai penyakit. Demikian juga pihak berwenang, seperti pemerintah, dalam memberikan bantuan seringkali keperluan perempuan perempuan, terlupakan baik pada saat penanganan maupun pasca bencana. Misalnya, perempuan hamil, menyusui, dan anak-anak yang relatif memerlukan gizi lebih, tapi sulit didapat karena bantuan yang ada hanya berupa mie instan, rokok, dan lain sebagainya. Belum lagi persoalan-persoalan sosial yang muncul bagi perempuan akibat bencana seperti kondisi pengungsian yang kurang layak dan mengkhawatirkan dari sisi kenyamanan dan keamanan bagi perempuan.


Persoalan-persoalan kaum perempuan memang tak parnah kunjung selesai. Selain contoh di atas, berbagai masalah seperti trafiking, perempuan buruh migran, kematian ibu akibat melahirkan, dan juga balita kurang gizi yang tidak pernah henti diberitakan media. Belum lagi pasca kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak), angka perempuan miskin semakin bertambah. Sering kali terjadi, bahwa kemiskinan, melahirkan sejumlah perilaku memilukan, misalnya kekerasan dalam rumah tangga, baik kepda istri maupun anak atau sebaliknya.


Prilaku yang memilukan itu diakibatkan karena sistem sosial, budaya, politik, bahkan dalam beberapa hal agama, yang selama ini tidak ramah pada perempuan. Sistem itu telah berakibat pada posisi perempuan yang jauh tertinggal dalam berbagai sisi kehidupan di masyarakat. Posisi perempuan yang tidak punya daya tawar, menjadikannya rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan, baik di dalam maupun di luar rumah. Hal ini telah mewarnai potret sosial dan wajah perempuan yang menyedihkan.


Disaat rakyat menjerit membutuhkan bantuan, kita melihat sikap yang paradok dari pemerintah. Pemerintah malah memberikan saldo tambahan bagi para anggota DPR sebanyak tiga puluh lima juta rupiah bagi setiap orang. Kemudian pemerintah juga kurang tegas dalam menegakkan hukum terhadap para pelaku kejahatan manusia. Begitukah cara pemerintah kita yang hanya bersenang-senang di atas penderitaan rakyatnya?


Makna Tahun Baru Hijriyah


Di tahun baru Hijriyah ini, hendaknya kita berbenah untuk melakukan hal yang lebih baik di masa yang akan datang. Ibnu ‘Arabi menjelaskan, seperti dikutip dalam Tafsir Al-Qurtubi bahwa hijrah atau berpindah ke lain tempat bisa dimaknai secara beragam. Makna pertama adalah perpindahan dari daar al-harb (wilayah perang) ke negeri muslim. Tipe ini merupakan kewajiban yang telah dilakukan pada masa Nabi Muhammad SAW. Kedua, meninggalkan suatu tempat karena akan melakukan perubahan. Ketiga, berpindah dari wilayah yang tidak mempunyai hukum yang memberikan keadilan menuju negara yang berhukum dan menciptakan keadilan. Keempat meninggalkan suatu wilayah karena membahayakan jiwa seseorang. Kelima berpindah untuk menghindari penyakit, dan keenam berpindah untuk menghindari kemiskinan atau mencari kekayaan (karunia) dari Allah swt. Makna hijrah yang lebih bersifat maknawi ini dapat direfleksikan dalam menganalisis persoalan-persoalan yang saat ini banyak dialami perempuan.


Momen tahun baru tidak hanya sebagai sejarah yang harus dihormati dan dirayakan. Kita menengok kembali bagaimana perjuangan Sayyidina Umar bin al-Khatab dalam menetapkan bulan hijriyah ini. Dahulu Khalifah Umar bin al-Khattab ra harus berdebat dengan beberapa sahabat mengenai peristiwa hijrah sebagai penentuan tahun pertama dalam Islam. Sang Khalifah tidak memilih kelahiran Nabi SAW, tidak juga masa diutusnya Nabi, masa kemenangan pertama dalam peperangan, atau masa awal pembukaan Kota Mekkah sebagai pintu dari pembukaan kota-kota dunia berikutnya. Justru peristiwa hijrah yang dipilih oleh Umar sebagai perhitungan awal sebagai tahun baru islam.


Pilihan ini tentu saja didasarkan banyak pertimbangan. Di antaranya karena peristiwa hijrah tidak hanya memuat ritualitas keagamaan, tetapi sarat dengan muatan politik untuk kemaslahatan umat. Kepentingan politik dari penindasan, kezaliman dan kekerasan, menuju komunitas yang lebih menjamin nilai-nilai persaudaraan, persatuan, kesetaraan, dan keadilan. Tentu saja dengan kebebasan mutlak untuk beribadah kepada Allah SWT. Jika kesadaran ‘politik keadilan’ ini tidak menjadi perspektif, maka fakta hijrah hanya akan menyodorkan nama dan peristiwa semata .

Makna Hijrah Bagi Kesetaraan (laki-laki dan perempuan)


Pada konteks relasi antara laki-laki dan perempuan, di masyarakat kebanyakan, laki-laki seringkali diposisikan memiliki akses lebih, jika dibanding perempuan. Akses sumber daya yang berlebih ini, secara sosial menempatkan laki-laki pada posisi superior dan menjadikan perempuan pada posisi inferior (yang lemah). Dalam realitas sosial, relasi seperti ini sering mengakibatkan perempuan menjadi korban kekerasan, baik kekerasan fisik, psikis, sosial, ekonomi, dan politik. Hijrah mengajarkan kita menemukan kesadaran akan ketimpangan dan kesadaran pada perubahan untuk keadilan. Tentu tidak hanya berhenti pada kesadaran semata. Harus beranjak pada gerakan semampu kita untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik.


Dengan demikian berhijrah atau berpindah kepada kondisi yang lebih aman, berhijrah dari sikap mendiamkan keadaan menuju kondisi mencari keadilan bagi perempuan korban kekerasan menjadi suatu keniscayaan. Suara-suara perih para perempuan yang selama ini terbungkam (dibungkam) sejarah yang tidak berpihak, harus diangkat. Untuk menunjukkan bahwa kekerasan terhadap perempuan memang banyak terjadi dan tidak boleh terulang lagi.


Karenanya, menghijrahkan perempuan yang tidak berdaya menjadi berdaya. Menghijrahkan perempuan dari powerless ke kondisi empower, menjadi tugas semua pihak. Seluruh pranata sosial masyarakat harus melakukan kerja mulia ini. Proses hijrah harus dilakukan oleh semua elemen masyarakat yang bercita-cita menggapai kehidupan lebih baik. Pemerintah dalam hal ini mempunyai peran yang sangat penting dalam memfasilitasi proses perubahan.


Gerakan perubahan dapat dimulai dari sesuatu yang paling mungkin, yang paling kecil, dan dari kita masing-masing. Perubahan di dalam keluarga inti, keluarga besar, tetangga, dan masyarakat. Dalam suatu hadis, Nabi Muhammad saw. mengajarkan: “Mulailah dari diri sendiri, kemudian dari keluargamu”. Seringkali, kesombongan diri menutup kita untuk bersedia mengevaluasi kesadaran yang masih timpang terhadap perempuan. Kesadaran yang masih diliputi hawa nafsu untuk berkuasa dan menguasai.


Gerakan perempuan pun juga harus mengevaluasi secara kritis agar tidak terjebak pada politik menguasai dan meninggalkan tujuan awal, politik keadilan. Seringkali, menghadapi diri sendiri jauh lebih berat jika dibandingkan menghadapi orang lain. Inilah yang dikatakan Nabi Muhammad sebagai jihad besar, jihad melawan hawa nafsu. Dan juga seperti yang dikatakan Nabi Muhammad Saw: “Sebaik-baik jihad adalah menyatakan keadilan di hadapan kekuasaan yang otoriter”. (Riwayat Turmudzi dan Abu Dawud, lihat Ibn al-Atsir, juz I, hal. 236). Kita seringkali menjadi otoriter, termasuk untuk diri kita, ketika diajak mengubah pandangan menuju yang lebih adil. Dengan semangat hijrah, tentu kita juga harus belajar lebih adil terhadap dan untuk diri kita semua. Semoga![]


Penulis adalah Pengasuh Pondok Pesantren Kempek Cirebon

(Artikel ini dimuat dalam Warkah al-Basyar Vol. VII ed. 03 - tanggal 01 Februari 2008)

mengenal sejarah tahun baru hijriyah

Siapa yang mula-mula menetapkan Tarikh Islam?

Menurut riwayat para ulama ahli tarikh yang masyhur, tarikh Islam mula-mula ditetapkan oleh Umar bin Khattab r.a. ketika ia menjadi khalifah pada tahun 17 Hijrah. Menurut kisahnya, hal ini terjadi disebabkan pada suatu hari Umar menerima sepucuk surat dari sahabatnya, Abu Musa Al-Asy’ari r.a. tanpa dibubuhi tanggal dan hari pengirimannya. Hal itu menyulitkan bagi Umar untuk menyeleksi surat yang mana terlebih dahulu harus diurusnya, sebab ia tidak menandai antara surat yang lama dan yang baru. Oleh sebab itu, Umar mengadakan musyawarah dengan orang yang terpandang dikala itu untuk membicarakan serta menyusun masalah tarikh Islam.

Dalam musyawarah tersebut ada beberapa pilihan tahun bersejarah sebagai patokan untuk memulai tarikh Islam tersebut yaitu: tahun kelahiran Nabi Muhammad, tarikh kebangkitannya menjadi Rasul, tahun wafatnya, atau ketika Nabi hijrah dari Mekkah ke Madinah. Diantara pilihan tersebut maka akhirnya ditetapkanlah bahwa dimulai dari hari berpindahnya (hijrahnya)Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah menjadi awal tarikh Islam yaitu awal tahun Hijriyah, sebagaimana dahulu telah ditetapkan bahwa, hari Nabi Isa a.s. dilahirkan ditetapkan sebagai awal tahun Miladiyah atau Masihiyah.

Kemudian setelah permulaan tahun itu diputuskan, maka dimusyawarahkan pula bulan apa yang baik dipergunakan untuk tiap-tiap awal tahun tersebut.Akhirnya setelah dipilih maka ditetapkanlah bahwa bulan Muharramlah yang dipergunakan untuk permulaan tahun Islam.


Kenapa Hijrahnya Nabi Muhammad SAW ditetapkan sebagai permulaan Tarikh Islam (Tahun Hijriah)?



Hijrahnya Nabi sangat besar artinya dalam sejarah perkembangan da’wah Islamiyah. Karena setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, da’wah Islam mulai mencapai kejayaannya yang gemilang. Kalau sebelum hijrah ummat Islam adalah golongan yang ditindas dan disiksa oleh kaum Musyrikin, maka setelah Nabi hijrah kaum muslimin telah mempunyai kedudukan yang kuat dan telah terbentuk sebuah negara Islam yang memiliki peraturan, pimpinan serta undang-undang tersendiri. Oleh karena itu diharapkan peristiwa hijrah akan dikenang oleh umat Islam pada tiap-tiap tahun bagaimana perjuangan yang gigih dan pengorbanan tenaga dan jiwa raga Nabi serta para sahabatnya dalam meneggakkan Islam. Disamping itu hijrah Nabi juga menunjukkan bahwa Allah memisahkan dan membedakan antara yang haq dan yang bathil, membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Apa sebab Bulan Muharram dijadikan bulan pertama bagi tahun Hijriah?

Pada dasarnya sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi keluar dari kota Mekkah pada hari kamis akhir bulan Shafar, dan keluar dari tempat persembunyiannya di Gua Tsur pada tanggal 2 Rabi’ul Awwal (20 September 622 M) untuk menuju ke Madinah. Dan menurut al-Mas’udi, Rasulullah memasuki Madinah tepat pada malam hari 12 Rabi’ul Awwal. Sementara Umar dan para sahabat-sahabatnya menetapkan awal bulan hijriyah adalah bulan Muharram bukannya bulan Rabi’ul Awwal adalah semata-matamemandang bahwa bulan Muharram adalah bulan yang mula-mula Nabi berniat untuk berhijrah. Selain itu di bulan Muharram ini pulalah para jama’ah haji baru selesai mengerjakan ibadah haji dan pulang kenegerinya masing-masing. Dengan adanya keputusan yang demikian itu, seolah-olah hijrah Nabi jatuh pada bulan Muharram dan dipandang patut sebagai permulaan tahun didalam Islam.

Adapun nama-nama bulan pada tahun hijrah tersebut adalah : Muharram, Shafar, Rabi’ul Awwal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awwal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah.(Aida)

Referensi :

Sirah Nabawiyah, Buku Kesatu, oleh: DR. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy

Riwayat Nabi Muhammad, jilid II, halaman : 30 – 39.

semangat tahun baru islam

Didalam tahun baru hijriah ini selayaknya, kita sebagai muslim yang taat, mengintrospeksi diri dengan semua apa-apa yang telah kita perbuat. Dan memilih semua bentuk amalan yang baik untuk tetap kita pertahankan dan kita tingkatkan porsi amalan yang baik untuk kita kerjakan. Dan meninggalakan semua perbuatan yang tidak bermanfaat, baik untuk diri kita ataupun orang sekitar kita.

Sebentar lagi kita akan memasuki tahun baru hijriah, tepatnya kita akan memasuki bulan muharram. Yang berarti kita akan meninggalkan tahun lalu, dan memasuki tahun baru hijriah, yakni tahun baru 1425 hijriah. Adalah tahun baru hijriah, yang mana penyambutan tahun baru ini tidak selayaknya seperti orang-orang non muslim merayakan tahun baru miladiyahnya.

Didalam tahun baru hijriah ini selayaknya, kita sebagai muslim yang taat, mengintrospeksi diri dengan semua apa-apa yang telah kita perbuat. Dan memilih semua bentuk amalan yang baik untuk tetap kita pertahankan dan kita tingkatkan porsi amalan yang baik untuk kita kerjakan. Dan meninggalakan semua perbuatan yang tidak bermanfaat, baik untuk diri kita ataupun orang sekitar kita.

Didalam tahun baru ini, kita senantiasa berusaha untu menjadi hamba Allah SWT yang taat akan perintahnya, dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhi segala larangannya. Dan bukanlah Allah SWT telah berfirman bahwa manusia adalah hambanya yang memiliki tugas untuk beribadah. Kalaulah ditahun-tahun lalu kita masih sering melakukan berbagai kekurangan, maka marilah kita kejar kekurangan-kekurangan itu dengan semangat memperbaiki diri menuju kesempurnaan, baik itu dalam beribadah, bekerja, bermasyarakat, dan berkreasi.

Dan jika dimasa-masa lalu masih banyak berbagai kemaksiatan yang kita lakukan, maka marilah kita ganti kemaksiatan itu dengan semangat memprbanyak amalan-amalan saleh. Kapan lagi kita memperbaiki diri, kalau bukan dimulai dari sekarang? Dan pantaskah kita menundanya? Padahal kita tidak tahu kapan kehidpan didunia ini berakhir?. Dan juga ingatlah!.......bahwa Allah SWT tidak menjadikan kehidupan didunia ini abadi, firmannya dalam alqur’an, surat al-anbya 34-35 : Artinya : Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu Muhammad, maka jika kalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap bernyawa akan merasakan mati, kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kepada kamilah kamu sekalian dikembalikan. Ayat diatas sungguh sangat jelas menerangkan, bahwa kehidupan didunia ini tidak kekal, dan semua yang bernyawa pasti akan merasakan kematian.

Jika demikian untuk apalagi kita berlama-lama dalam kubangan kemaksiatan, dan untuk apalagi kita menunggu hari esok untuk berbuat amalan soleh. Dan bukankah kita sudah tahu bahwa ajal manusia adalah rahasia Allah SWT semata. Firmannya dalam al-Qur’an menyatakan: Artinya : “Tiap-tiap umat memiliki batasan waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak akan mengundurkannya barang sesaatpun, dan tidak dapat pula memajukannya�. Dengan ayat ini kita dapat memahami bahwa umur kita akan terus berjalan seiring jarum jam berputar, dan “kesempatan� tidak akan pernah mengiringi putaran jarum jam, dan yang pasti “kesempatan itu� tidak akan pernah ada untuk kedua kalinya. Ini berarti umur kita bukannya semakin bertambah, tetapi sebaliknya dari tahun ketahun umur kita semakin berkurang.

Oleh sebab itu marilah kita isi hidup kta ini dengan memperbanyak amalan soleh, belajar dengan giat, bekerja dengan ikhlas, dan beribadah dengan hanya mengharap ridho Allah SWT semata. Sekarang kita masih hidup, tetapi siapa tahu beso pagi kita akan mati. Sekarang kita masih dapat menikmati tahun baru hijriah, tetapi siapa tahu tahun depan kita akan mati.

Adalah satu riwayat yang menceritakan tentang anak Umar bin khotob, kembali pulang dari sekolahnya sambil menghitung tambalan-tambalan yang melekat dibajunya yang sudah usang dan jelek. Dengan rasa kasihan umar sang Amirul mu’minin sebagai ayahnya mengirim sepucuk surat kepada bendaharawan negara, yang isinya minta agar beliau diberi pinjaman uang sebanyak 4 dirham, dengan jaminan gajinya bulan depan supaya dipotong. Kemudian bendaharawan itu mengirim surat balasan kepada umar, yang isinya demikian : “wahai umar adakah engkau telah dapat memastikan bahwa engkau akan hidup sampai bulan depan?, Bagaimana kalau engkau mati sebelum melunasi hutangmu?� Membaca surat bendaharawan itu, maka seketika itu juga umar tersungkur menangis, lalu beliau menasehati anakanya dan berkata : “Wahai anaku, berangkatlah kesekolah dengan baju usangmu itu sebagaimana biasanya, karna akau tidak dapat memperhatikan umurku walaupun untuk satu jam.� Sungguh, batasan umur manusia tidak ada yang mengetahuinya, kecuali hanya Allah SWT semata.

Oleh karna keterbatasan tersebut, dan karna rahasia Allah SWT semata, maka marilah kita pergunakan kesempatan hidup ini dengan meningkatkan taqwa kita kepadanya dan menambah semangat beramal ibadah yang lebih besar lagi. Kembali kepada masalah introspeksi diri dalam menyambut tahun baru hijriah, adalah sangat-sangat perlu bagi kita untuk berkaca diri, menilai dan menimbang amalan-amalan yang telah kita perbuat, penilaian dan penimbanagan ini bukan hanya untuk mengetahui seberapa besar perbuatan kita. Tapi itu semua dilakaukan untuk mengendalikan semua bentuk amalan perbuatan yang hendak kita laukakan dengan penuh pikiran, pertimbangan, dan pertanggung jawaban. Sebab dan terkadang manusia yang tidak pernah bercermin diri bagaikan binatang liar yang terlepas dari jeratan, ia akan berlari dengan sekencang-kencangnya dan melompat dengan sekuat tenaga tanpa menghiraukan kalau itu akan mebahayakannya kembali. Manusia yang demikian akan berbuat sekehendak hatinya, tanpa berpikir dan pertimbangan, yang pada akhirnya ia akan terjatuh ditempat yang sama dan meratapi perbuatannya dengan berulang-lang kali, sungguh malang nasibnya jika setiap tahun ia harus terjatuh dan terjatuh lagi ditempat yang sama.

Ada satu sabda nabi yang mengutarakan tentang perbuatan yang tercela, adalah sebagai berikut : Artinya : “Tanda kecelakaan itu ada empat:

1. Tidak mengingat ingat dosa yang telah lalu, padahal dosa-dosa itu tersimpan disisi Allah SWT .

2. Menyebut nyebut segala kebaikan yang telah diperbuat padahal siapa pun tidak tahu apakah kebaikan kebaikan itu diterima atau ditolak.

3. Memandang orang yang lebih unggul dalam soal duniawi.

4. Memandang orang yang lebih rendah dalam hal agama. Allah SWT berfirman, aku menghendaki dia sedang dia tidak menhendaki diriku, maka dia aku tinggalkan.� Sungguh sangat malang dan tiada ungkapan bagi manusia yang ditinggalkan sang kholiq. Akan tetapi Allah SWT , maha bijaksana, sehingga ia tidak menghendaki hamba-hambanya terjerumus dalan kehancuran. Akan tetapi Allah SWT memberikan tuntunan hidup yang berupa agama Islam, yang didalamnya terdapat ajaran-ajaran yang menuju kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.

Oleh sebab itu berbahagialah bagi mereka yang memperoleh nikmat umur yang panjang dan mengisinya dengan amalan-amalan yang baik dan perbuatan-perbuatan yang bijak. Rasulullah SAW bersabda : Artinya : “Sebaik-baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya� ( HR Ahmad)� Adalah suatu tindakan yang bijak, jika manusia berbuat salah kemudian ia sadar dan memperbaiki kesalahannya dengan berbuat amalan yang baik dengan komitmen tidak akan mengulangi kesalahannya itu.

Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa :

1. Sebagai muslim yamg taat dengan ajaran tuhannya, hendaklah kita menyambut tahun baru hijriah ini dengan berbuat dan memperbaiki amalan-amalan kita ditahun lalu.

2. Dan hendaklah menyambut tahun baru ini dengan tidak seperti non muslim merayakan tahun baru miladiyahnya.

3. Hidup manusia semakin hari semakin berkurang, maka layaknya manusia yang taat pada tuhannya haruslah ia mempergunakan kesempatan hidupnya didunia ini dengan sebaik mungkin. Karna memang ajal manusia rahasia tuhan, dan jarum jam tidak akan pernah berbalik arah sudah sepantasnyamanusia itu memperbaiki dirinya.

Wallahu A'lam

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
5. simpan coba ceks hasilnya semoga sobat berhasil